Jumat, 25 November 2011

Bangunan Gereja Terbesar di Indonesia

1. Gereja Bethany Surabaya (Graha Bethany Nginden, Surabaya)Kapasitas: 20.000 jemaat
Gembala: Pdt. Abraham AlexTanuseputra
Aliran: Kharismatik



Sinode Gereja Bethany Indonesia, atau Bethany merupakan sebuah Sinode yang berbadan hukum gereja Indonesia dan berpusat di Surabaya. Bethany merupakan salah satu gereja dengan teologi karismatik dengan denominasi Pentakostal. Gereja ini merupakan anggota dari Persekutuan Injili Indonesia (PII).

Gereja Bethany Indonesia, mengakui, menerima, dan menetapkan Pengakuan Iman Rasuli sebagai Pengakuan Iman Gereja Bethany Indonesia.

SEJARAH SINGKAT:
1965Pdt. Abraham Alex Tanuseputra yang lahir di Mojokerto, Jawa Timur tanggal 1 Juni 1941 mendapat musibah, Dia menabrak seorang anak kecil yang tiba-tiba menyeberang di depan mobilnya didalam ketakutan mendapat ancaman akan dibunuh oleh orang lain jika anak itu sampai mati. Dia pun bernazar, jika anak itu sembuh dia akan menyerahkan hidupnya untuk melayani Tuhan. Pagi harinya, berkat kuasa Tuhan, ternyata anak itu sembuh. Pdt. Alex langsung memenuhi nazarnya. Dia melayani Tuhan sepenuh waktu.

1977,Pdt. Alex merintis persekutuan doa di sebuah garasi di rumahnya di Surabaya, Jl. Manyar Rejo (pada waktu itu Jl. Manyar Sindharu) II/4 Surabaya. Persekutuan ini dimulai dengan jumlah anggota sekitar 7-10 orang.

1978,Gereja Bethany didirikan oleh Pdt. Abraham Alex Tanuseputra, di Jalan Manyar Rejo I/29 Surabaya. Anggota jemaat yang beribadah di tempat itu sekitar 200 orang. Bethany pada saat itu tergabung sebagai bagian dari Sinode GBI, sehingga Gereja tersebut disebut GBI Bethany. Dalam penggembalaan jemaat GBI Bethany ini, Pdt. Alex mencetuskan “Successful Bethany Families” sebagai visi gereja tersebut.

1982, Jumlah anggota jemaat semakin bertambah sehingga dibangun sebuah Awning yang berkapasitas 1000 orang.Jl. Manyar Rejo I/33.

1985-1986,Pembangunan Gedung Gereja yang berkapasitas 3500 orang di Jalan. Manyar Rejo II/36-38 yang selesai. Gedung inilah yang sampai saat ini dipakai sebagai tempat ibadah Gereja Bethany Pusat (selain pusat ibadah lain yang diadakan di Nginden).

1987,Pdt. Alex memulai pembangunan Graha Bethany yang terletak di Surabaya, dengan kapasitas 20.000 jemaat dalam 1 kali kebaktian.

1988,GBI Bethany mengutus Pdt. Dr. Ir. Niko Njotorahardjo untuk membuka gereja lokal (cabang) di Jakarta.

1989, GBI Bethany mengutus Pdt. Dr. Ir. Timotius Arifin untuk membuka cabang di Denpasar, Bali. Dengan Pembukaan cabang-cabang tersebut, GBI Bethany membagi pelayanannya di Indonesia menjadi GBI Bethany Wilayah Indonesia Bagian Barat (yang dipimpin Pdt.Dr. Ir. Niko Njotorahardjo), Bagian Tengah (Pdt. Dr. Yusak Hadisiswantoro, M.A.), dan Bagian Timur (Pdt. Dr. Ir. Timotius Arifin). Sementara Pdt. Abraham Alex Tanuseputra berperan sebagai Gembala Sidang Senior dari Jemaat Bethany.

1996, Jumlah cabang-cabang yang ada di Indonesia dan luar negeri menjadi sekitar 100 cabang.

1997,Jumlah cabang dan Pos PI di Indonesia dan luar negeri berkembang menjadi 254 buah.

1997,Sinode GBI mengeluarkan keputusan bahwa seluruh gereja lokal yang tergabung dalam Sinode GBI harus menanggalkan nama-nama jemaat lokal. Dengan demikian, gereja lokal akan disebut dengan nama GBI disertai dengan nama jalan/tempat di mana gereja tersebut berada. Perubahan nama ini membutuhkan waktu cukup lama untuk dapat diterima oleh jemaat-jemaat lokal di lingkup Sinode GBI, termasuk GBI Bethany.


1998, Jumlah cabang dan Pos PI menjadi 479.

1999,Gereja Bethany berkembang menjadi hampir 1000 cabang yang tersebar di dalam dan luar negeri.

2000, Graha Bethany Nginden, Surabaya akhirnya selesai dibangun dan dilakukan soft opening bersamaan dengan Seminar Pelipatgandaan Gereja Internasional (SPGI) 2000. Tempat ini dapat menampung 20.000 anggota jemaat.

Di tahun itu juga diadakan Sidang Sinode GBI yang meminta GBI Bethany untuk menurunkan nama Bethany. (Penegasan keputusan Sinode GBI tahun1997)

2002,GBI Bethany Barat yang dipimpin Pdt. Niko menyatakan akan mengikuti keputusan Sinode GBI untuk menurunkan nama Bethany. Keputusan ini diikuti oleh seluruh GBI Bethany Barat yang berada di bawah pembinaan Pdt. Niko. Demikian pula GBI Bethany Timur yang dipimpin Pdt. Timotius Arifin memutuskan untuk menanggalkan nama tersebut. Dengan penurunan nama ini, kedua wilayah juga sekaligus menanggalkan visi “Successful Bethany Families”. Pdt. Alex pun pada akhirnya bersedia untuk menurunkan nama jemaat Bethany, namun ia menolak untuk menurunkan visi gereja “Successful Bethany Families” yang telah diusung selama bertahun-tahun. Visi ini pun tetap didukung oleh GBI Bethany Wilayah Tengah.

2003, 17 JanuariJemaat Bethany akhirnya melepaskan diri dari Sinode GBI dan merubah nama menjadi Sinode Gereja Bethany Indonesia yang resmi berdiri sebagai badan hukum gereja dan diakui pemerintah secara resmi melalui Surat Keputusan Dirjen Bimas Kristen Departemen Agama RI No. DJ.III/Kep/HK00.5/5/158/2003 pada tanggal 17 Januari 2003. Dengan demikian gereja-gereja lokal Bethany Wilayah Tengah pun bersalin menjadi Gereja Bethany Indonesia.
Sinode yang baru berdiri ini dipimpin oleh Pdt. Ir. Leonard Limato, M.A. Sementara Sinode Bethany berdiri, secara resmi Pdt. Alex tidak masuk dalam Sinode Bethany, tetap berdiri di Sinode Gereja Bethel Indonesia.
Akhirnya, setelah usaha-usaha rekonsiliasi antara Pdt. Alex dengan Sinode GBI tidak membawa hasil, Pdt. Alex diberhentikan dari Sinode GBI melalui surat pemberhentian oleh Badan Pekerja Lengkap Sinode GBI yang mensinyalir bahwa Pdt. Alex berdiri di dua sinode.


2003, Juli
Badan Pendiri Sinode Bethany resmi meminta Pdt. Alex untuk bergabung dengan Sinode Gereja Bethany Indonesia.


2003, 16 – 18 Septemberdigelar Sidang Raya Sinode I Gereja Bethany Indonesia di Graha Bethany Nginden Surabaya, dan menghasilkan keputusan memilih Pdt. Abraham Alex Tanuseputra sebagai Ketua Umum Sinode dan Pdt. Zacharia Freddy Riva sebagai Sekretaris Umum Sinode.

2004,15 AprilDimulainya Pembangunan Menara Doa Jakarta, sebagai Prayer and Worship Center yang diperlengkapi dengan Convention Center, Multimedia Center, Education Center, Trade Center, Entertainment and Tourism, namun. Proyek ini belum selesai dan tertunda.


2007 17-21 Juli,Gereja Bethany terpilih sebagai tuan rumah wakil dari Indoonesia penyelenggara PWC (Pentecostal World Conference) ke-21 bertempat di Bethany Nginden dan. PWC memunyai anggota yang tersebar di 120 negara. Sekitar 50.000 umat menghadiri Gereja Bethany Nginden pada puncak acara PWC ini.


2008,8-11 Juli Bethany mengadakan SPGI (Seminar Pelipatgandaan Gereja Internasional) dengan tema HARVEST TIME. bertempat di Graha Bethany Nginden Jl. Nginden Intan Timur I/29 – Surabaya, Indonesia.

2. JKI Kerajaan Allah - Holy Stadium (Semarang, Jawa Tengah)

Kapasitas: 12.000
Gembala: Pdt. Petrus Agung Purnomo
Aliran: Kharismatik




Berawal dari ruang kebaktian di permata yang sudah tidak cukup (kapasitas 2500 orang) maka Tuhan mulai menyuruh hamba-Nya, Ps. Petrus A. untuk membangun gedung kebaktian yang baru dengan kapasitas 12.000 orang.

"God have plans" sementara beranjak dari gedung gereja di Permata, kegiatan gereja dan kebaktian langsung dialihkan ke Holy Stadium Junior (ex, Tennis Indoor - sekarang Sekolah Terang Bangsa) di mana berkapasitas kurang lebih 5.000 orang.

Oleh anugrahNya, dibangun dengan korban dari jemaat proyek yang begitu besar dimulai pada pembelian tanah di Marina, pemancangan tiang pancang dan proyek terus berjalan hingga akhirnya diresmikan pada 7 juli 2007.

Penggunaan
Holy Stadium memiliki Ruang kebaktian utama dengan kapasitas 12.500 orang, 6 kapel, kantor sekretariat, Holy Café dan Just Coffee, Rhema Bookstore, Lapangan Parkir, Lapangan Basket dan Lapangan Sepakbola.
Kini di Kompleks Holy Stadium sedang dibangun Gedung Sekolah untuk Sekolah dan Akademi Kristen Terang Bangsa.




3. GBI Mawar Sharon (Kelapa Gading Jakarta)Kapasitas: 10.000 Jemaat
Gembala: Pdt. Jacob Nahuway
Aliran: Kharismatik

Mulanya, Pdt. Jacob merintis GBI Mawar Sharon di Jl. Kwitang No. 2, Jakarta-Pusat pada bulan Februari 1979 di ruangan ukuran 7x7 meter.

Oleh Anugerah Tuhan Yesus Kristus, pada tanggal 21 Desember 1992, GBI Mawar Saron membeli sebidang tanah seluas 9870 m di Jl. Hybrida Timur, Kelapa Gading Permai, Jakarta Utara. Kemudian dalam bulan April 1995, pembangunan gedung gereja dengan ukuran 20m x 65m mulai dibangun dan pada tanggal 18 Juli 1995 gedung gereja diresmikan oleh Pdt. David Yonggie Cho.


Hingga sekarang, di lokasi ini telah berdiri gedung gereja seluas 20 m x 60 m, dengan kapasitas 2000 orang, gedung kantor sekretariat lima lantai seluas 32 m x 32 m, gedung Sekolah Penginjil lima lantai seluas 18 m x 35 m, dan gedung Lembaga Pendidikan Mawar Saron lima lantai. GBI Mawar Saron juga telah membeli sebidang tanah, yang berdekatan dengan lokasi gereja, untuk menjadi tempat doa.


Pada tanggal 25 Februari 2003, GBI Mawar Saron membangun gedung gereja dengan kapasitas 10.000 tempat duduk di lokasi yang sama.


4. GBI ROCK DENPASARKapasitas: 5000
Gembala: PS. Timotius Arifin
Aliran: Kharismatik



Visi
Building Messianic People
Membangun Masyarakat Mesianik
Setiap pemercaya adalah warga negara Kerajaan Allah dimana Mesias menjadi Raja di atas segala raja dan Tuhan di atas segala tuhan (Wah. 19:16). Masyarakat Mesianik adalah merupakan “Kingdom Colonization” dengan budaya, cara hidup, cara pandang dan cara pikir yang berbeda dengan dunia (Rom. 12:2). Masyarakat yang merupakan imamat yang rajani dengan tugas utama menyatakan Kerajaan Allah sendiri bagi dunia ini (1 Pet. 2:9).

Masyarakat mesianik adalah masyarakat yang memiliki ciri-ciri:

1. Harmonious (Esa) – Yohanes 17:21
Sebagaimana Bapa, Putra dan Roh Kudus esa dan bermitra, demikian pula kita yang merupakan pernyataan pribadi-Nya.
2. Victorious (Jaya) – Matius 16:18
Kesatuan akan melahirkan jaminan kemenangan (Maz. 133), dan memang setiap pemercaya ditentukan untuk hidup dalam kemenangan (Rom. 8:37).
3. Glorious (Mulia) – Efesus 5:2
Kemenangan selanjutnya menyatakan kemuliaan-Nya dalam hidup kita dan juga melaluikita yaitu suatu kehidupan yang bergerak dari kemuliaan kepada kemuliaan (2 Kor 3:18)
5. GBI Keluarga Allah SoloKapasitas: 5000
Gembala: Obaja Tanto Setiawan
Aliran: Kharismatik



Keluarga Allah adalah sebuah gereja yang berdiri di Solo pada tahun 1989. Jumlah jiwa yang berjemaat di Gereja Keluarga Allah di wilayah Indonesia saat ini telah mencapai 30.000 jiwa.
 
Pusatnya ada di kota SOLO, ruang utama gedung ibadahnya berkapasitas 5000 tempat duduk, ditambah ruang tambahan lain, memiliki lebih dari 20 ribu jemaat di solo, memiliki stasiun Televisi lokal "TA TV", radio lokal El Shadai FM, Sekolah dari SD sampai SMA, dan sebuah STT.

Salah satu gereja cabangnya yang di Jogja memiliki ruang ibadah dengan kapasitas 1500 tempat duduk, ruang ibadahnya ada di mal Saphir Square (setahu saya ruang ibadah ini hak milik bukan sewa ke Mal Saphir). Dengan jemaat di Jogja sekitar 7000 jiwa. Memiliki STMIK dan radio Impact FM. Cabang jogja ini baru berusia 11 tahun.



6. Gereja Reformed Injili Indonesia (Katedral Mesias Kemayoran, Jakarta)

Kapasitas: 4.800 + 2.200 Jemaat 
Gembala: Pdt. Stephen Tong
Aliran: Reformed Calvinis
Kompleks Gereja Reformed Injili Indonesia (GRII) yang berada di Jalan Angkasa Kemayoran Jakarta Pusat menjadi pusat perhatian baru. Gereja raksasa ini memiliki bangunan unik, karena beratap kubah. Kompleks ini berluas 12.000 meter persegi. 
Di dalam gereja ini, terdapat dua aula besar yaitu Aula Mesias Kathedral dan Aula John Calvin. Aula Mesias Kathedral terletak di lantai empat dan berkapasitas 4.800 jemaat dan Aula John Calvin terletak di lantai satu dengan kapasitas 2.200 jemaat.
Selain dua aula, gereja ini juga memiliki banyak ruangan lain. Antara lain ruangan yang digunakan untuk aktivitas belajar mengajar. Para murid yang belajar tampak didominasi kawula muda dan anak-anak. Mereka diajar bahasa Inggris dan Mandarin.


7. Gereja Bethel Indonesia jemaat Senayan (Jakarta Convention Center, Cendrawasih Room)Kapasitas: 7.567 Jemaat
Gembala: Niko Nyotoraharjo
Aliran: Kharismatik



Walaupun gereja ini memiliki kapasitas yang sangat besar, namun saya sengaja memasukkannya di peringkat agak bawah karena status gedung gereja ini tidak seperti gereja lainnya diatas. Gedung ini bukanlah milik Gereja melainkan masih berstatus sewa.
Memang Pdt. Niko memiliki gedung Sentul City Convention Center yang berlokasi di Sentul Jawa Barat (tidak jauh dari Jakarta) yang memiliki kapasitas 11.000 jemaat (Main Hall saja). Namun karena ada permasalahan dalam izin, sehingga saat ini gedung tersebut hanya dipergunakan untuk konfrensi dan acara tertentu saja. Sentul International Convention Center Tower (SICC Tower) diresmikan pada 15 Maret 2010 oleh Pdt Dr Ir Niko Njotorahardjo, dengan dihadiri oleh hamba-hamba Tuhan dari dalam dan luar negeri.

8. Gereja Tiberias Indonesia (Jemaat Balai Sarbini)

Kapasitas: 1.300
Gembala: Pdt. Yesaya Pariadji
Aliran: Kharismatik
Sama seperti GBI Senayan, gedung inipun sebenarnya bukan milik gereja melainkan masih berstatus sewa. Memang saat ini Tiberias memiliki beberapa gedung mewah yang merupakan milik gereja antara lain Tiberias Center (Kelapa Gading), Boanerges Center (Pulomas) namun kapasitasnya masih dibawah Balai Sarbini.
Selain gedung diatas, Tiberias juga memiliki gedung Imperium (tidak diketahui secara pasti mengenai status kepemilikannya) yang terletak di Batam yang memiliki struktur bangunan yang mewah. Sekarang, berad di bawah sinode GEREJA TIBERIAS INDONESIA.

9. GPIB Immanuel (Gambir Jakarta)Kapasitas: 800-1000 Jemaat
Aliran: Protestan


Gembala: Pdt. Denny Matulapea (Berganti setiap Periode tertentu)
Berdirinya gereja yang dulu bernama Willems Kerk ini merupakan realisasi “mimpi” dari Raja Belanda (Willem I, yang berkuasa 1813-1840). Obsesinya mempersatuan semua gereja dan organisasi Kristen yang berada di wilayah kekuasaannya—termasuk wilayah jajahan—dinyatakan dengan membangun gereja oikumenis, untuk menyatukan antara umat Reformasi dan Umat Lutheran Protestan Belanda di Batavia dalam satu gereja.

Setelah dana cukup, maka pembangunan gereja pun segera dimulai. Tepatnya tanggal 24 Agustus 1835 (bertepatan dengan ulang tahun Raja Willem I ke-63) pembangunan gereja pun dilakukan. Lebih dari tiga tahun proses pembangunan berlangsung. Dan pada 24 Agustus 1839, bertepatan dengan ulang tahun Raja Willem I ke-67, gereja yang beralamat di Koningsplein Oost (sekarang Jl. Merdeka Timur 10), pembangunan selesai dan diresmikan menjadi gereja dengan nama Willems Kerk.

Pada 31 Oktober 1948, De Protestantse Kerk in Westelijk Indonesie (Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat / GPIB) dibentuk. Kemudian gereja Willems Kerk ini berganti nama menjadi GPIB Immanuel, sebuah kata yang mengandung makna sekaligus iman bahwa Tuhan selalu beserta kita umatnya.